Artikel

Refleksi Isra’ Mi’raj

By : Kusairi )*

Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang luar biasa yang terjadi pada baginda Rasul Muhammad SAW. peristiwa ini terjadi pada akhir periode mekkah sebelum baginda Rasul Muhammad SAW hijrah ke kota Madinah. pada saat itu suasana hati baginda rasul diliputi kesedihan karena ditinggal oleh dua orang yang dicintainya yaitu istri Khadijah dan pamannya Abu Thalib, kedua orang ini sangat berjasa pada baginda Rasul Muhammad SAW dalam perjuangannya menyampaikan Risalah kenabiannya.

Isra’ Mi’raj sendiri adalah kehendak Allah dimana Allah memperlihatkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW ayat-ayatNya agar ketenangan dan kepercayaanya terhadap Allah semakin bertambah. Isra’ Mi’raj bukan hanya peristiwa individual yang sederhana dimana Rasullullah SAW melihat tanda-tanda keagunga Allah dan terbukanya kerajaan langit dan bumi dengan jelas. lebih dari itu perjalanan kenabian yang ghaib ini mengandung nilai-nilai yang banyak dan isyarat bijak yang mengandung makna sangat dalam.

Isra’ adalah perjalanan Rasullah Muhammad SAW dari masjidil haram Mekkah menuju masjidil aqsa Palestina. sementara Mi’raj adalah perjalan Baginda Rasul dari masjidil aqsa menuju langit tertinggi untuk berdialog dengan Allah. selain itu baginga Rasul melihat surga dan neraka secara langsung termasuk penghuninya. setelah perjalanan itu baginda Rasul SAW kembali ke Mekkah.

Perjalan Isra’ Mi’raj yang dilakukan baginda Rasul SAW ditempuh dalam waktu satu malam, waktu satu malam ini merupakan waktu yang sangat singkat. untuk mempercayai adanya perjalanan Isra’ Mi’raj yang dibutuhkan adalah keimanan, perjalanan Isra’ Mi’raj ini bukan tidak masuk akal akan tetapi akal ini terlalu kecil untuk memahami peristiwa sebesar Isra’ Mi’raj. hanya mereka yang beriman kepada Allah SAW yang mau percaya Isra’ Mi’raj adalah fakta bukan hoak. Banyak oleh-oleh yang dibawa oleh baginda Rasul Muhammad SAW dalam perjalan Isra’ Mi’raj ini, dan oleh-oleh terbesar adalah kewajiban Shalat lima waktu. Shalat adalah tiang agama dan agama adalah tiang negara, Maka sebuah omong kosong belaka bagi umat ini apabila berbicara ketuhanan, keutuhan bangsa, toleransi agama, hijrah kalau shalat lima waktu saja masih malas apalagi hanya seminggu sekali.

* Kepala MA Miftahul Ulum Al-Azizah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *