Cerpen Karya Siswa

Sang Pembolak Balik Hati

*Karya: Nivika Putri Fadilah

_____

Suara lantunan do’a terdengar ke seluruh penjuru dunia. Gadis kecil itu mendongak melihat sekelilingnya dan menatap kedua orang tuanya yang sedang khusuk berdo’a didepanya. Ia tertawa kecil lalu pelan-pelan berjalan keluar dari Kuil. Gadis berumur tujuh tahun itu berlarian kesana kemari dengan senang. Bunga kamboja kuning masih tersemat dirambut panjangnya yang bergerak indah. Ia sangat menikmati acara berkeliling di sekitar pura. Wajah ia berubah panik saat ia sengaja menabrak seseorang sampai jatuh. “Astaghfirullah” ucap seseorang disampingnya, gadis itu cepat bangun dari jatuhnya dan menoleh ke orang yang ia tabrak. “maafkan aku, aku tidak sengaja, apa kau terluka?” Tanya gadis itu sambil mencoba mendekat ke arah bocah laki-laki yang baru saja ia tabrak. Bocah laki-laki itu mundur sambil menunduk. “aku tidak apa-apa” jawabnya. gadis itu kembali tersenyum manis sampai matanya agak menyipit. “apakah ingin bermain, namaku Alivia, namamu? Tanya Alivia sambil menyodorkan tangannya. Bocah itu berdehem lalu menyatukan tangannya kedepan dada. “namaku Fahri, maaf aku sedang tidak ingin bermain, aku akan segera pergi.” Ucap Fahri.

Alivia menarik ulur tangannya. “Kau mau kemana? Apa kau tersesat?” Tanya Ailvia lembut. Fahri menggeleng lalu melihat gadis itu dan pura-pura dibelakangnya. “tidak, aku tidak tersesat, aku hanya ingin pergi ngaji , ustadz pasti sudah menungguku” jawab Fahri. Alvia memiringkan kepalanya heran. “apa itu ngaji? Kau tidak berdo’a pada sang hyang budha?” Tanya alivia. Fahri tersenyum lalu menggeleng pelan. “agama kita beda alivia, aku beragama islam, sedangkan kau beragama budha, ya sudah aku pergi dulu” ucap Fahri lalu bersiap pergi. “semoga kita bisa jadi teman” teriak Alivia sambil melambaikan tangannya ke Fahri yang sudah agak jauh berjalan. “alivia, kau selalu saja kabur saat berdo’a” ucap sang bunda lembut. Alivia mendekat ke arah orang tuanya lalu segera memeluk bundanya erat. Mereka segera pulang kerumahnya agar Alivia cepat bisa istirahat.

###

Pagi harinya sepulang sekolah, Alivia izin kepada bundanya untuk berdo’a ke Kuil. Bundanya mengizinkannya, tapi jangan sampai pulang malam katanya. Alivia benar-benar berdo’a ke Kuil, tapi kali ini tidak langsung pulang. Ia duduk di pinggir jalan, di tempat yang sama ia bertemu Fahri kemarin. Suara segerombolan bocah laki-laki terdengar mendekat. Alivia mendongak, ia melihat Fahri bersama teman-temannya sedang berbicara hal yang tidak ia mengerti. “Fahri !” panggil Alivia senang. Mereka menoleh kearah Alivia yang hanya mengenakan gaun selutut berwarna putih. Mereka langsung bersiul mencandai Fahri. “Gus siapa tuh? Cantik banget” canda Fadli salah satu temannya. Fahri berdehem agar teman-temannya berhenti mencandainya. Ia menghampiri Alivia yang sekarang menatap bingung kearah mereka. Fahri menghela nafas melihat penampilan Alivia saat in. ia membuka surban panjang yang ia pakai dilehernya, lalu mengkerudungkannya ke Alivia. Surban berwarna putih itu sangat serasi dengan gaun yang Alivia pakai. Alivia mendongak menatap Fahri yang sudah selesai memasangkan surbannya. “ini kenapa Fahri?” Tanya Alivia meraba surban Fahri. “jika kau ingin bertemu denganku kau harus menutupi auratmu dengan itu” ucap Fahri. Lalu membalikkan badannya kearah teman-temannya. “ayo, jalan lagi” ajak Fahri yang langsung di angguki semuannya. Tapi mereka masih memasang wajah cengengesan melihat Fahri. “sampai bertemu besok Fahri” ucap Alivia lalu pulang menuju rumah.

Hari-hari yang ia lalui selalu seperti itu, Alivia yang akan menunggu Fahri dan menanyakan hal-hal yang ingin ia ketahui tentang islam. Kadang Fahri akan mengajak Alivia agar bertemu langsung dengan gurunya untuk bertanya hal yang tidak bisa ia jawab. Bocah laki-laki berumur sepuluh tahun itu akan memberikan buku tentang islam yang ia punya agar Alivia cepet paham. Alivia diam-diam masuk agama islam tanpa sepengetahuan orang tuannya sampai ia berumur sepuluh tahun. Sejak itu, ia mulai berani berkata jujur ke orang tuanya bahwa ia masuk islam. Sang ibunda waktu itu menangis sambil memeluk Alivia erat, Tapi Alivia sudah menguatkan tekatnya untuk tetap masuk islam. Orang tuanya awalnya tidak setuju tapi lambat laun  mereka menerimanya. Mereka tidak bisa memaksa Alivia untuk tetap memilih agama mereka .

Alivia tumbuh menjadi gadis cantik dan pintar. Tetangganya yang beragama budha selalu saja mencemoohnya dengan kata-kata kasar karena menghianati tuhannya. Tapi Alivia tetap tenang, dia menjalani hari-harinya dengan sabar dan selalu bersyukur mendapat dukungan dari orang tuanya. Sejak beberapa tahun lalu ia tidak pernah lagi bertemu Fahri. Lagi pula dalam agama islam tidak diperbolehkan wanita dan laki-laki yang bukan Muhrim untuk bertemu dan berbicara. Alivia mengusap buku lama yang ia pinjam dari Fahri. Ali Fahri Al-Ghozali, nama acak-acakan khas tulisan anak-anak tertera di sampul buku. Alivia tersenyum kecil, mungkin suatu saat nanti ia akan mengembalikan buku itu ke orangnya.

###

Gadis berseragam SMA itu berjalan riang menuju rumahnya. Alivia tersenyum lebar sambil membawa piala ditangannya. Kerudung putihnya berkibar terkena angin. Hari ini dia mendapat juara 1 lomba mengaji tingkat kabupaten. Alivia mempercepat langkahnya saat sudah sangat dekat dengan rumahnya, namun senyumnya luntur, langkahnya melambat, banyak orang dirumahnya, tapi tidak ada senyum bahagia di wajah mereka, hanya ada wajah prihatin yang mereka tunjukkan. Perhatian Alivia beralih kearah dua peti mati yang sudah siap ditutup. Air mata Alivia jatuh, ia menghampiri dua orang yang ada didalamnya. Malaikat-malaikatnya sudah terbujur kaku didalam sana. Ia menghampiri sang ibunda dengan cepat sambil membawa pialanya. “Bunda, bunda liatkan Alivia menang lagi. Alivia dapet juara satu lomba ngaji. Kalian gak mau ngucapin selamat pada AL? bunda gak mau meluk Al? ayah gak mau ngusap kepala Al? kenapa kalian tidur, bangun…. Kalian gak akan tega kan ninggalin Al sendirian disini.” Ucap Alivia terputus, ia terisak pelan karena tidak mendapat jawaban apapun dari orang tuanya. Beberapa orang langsung menutup peti itu dan membawanya ke tempat pemakaman.

Beberapa orang membantu Alivia masuk kerumahnya untuk menenangkannya. Mereka bilang orang tuanya meninggal karena tabrakan beruntun yang terjadi saat mereka ingin pergi untuk menyaksikan perlombaan Alivia. Alivia tetap diam meskipun semua orang sudah pergi ke tempat pemakaman orang tuanya. Ia memang diam, tapi air mata enggan untuk berhenti. Ia meletakkan piala yang baru ia dapat kedalam lemari tempat semua pialanya berada. Alivia mengusap air matanya dan memasang senyum manis. “ setidaknya kalian sudah bertahan sampai sejauh ini” gumam Alivia melihat foto keluarganya. Ia segera mandi dan bersiap untuk pergi ke pemakaman .

###

Setiap orang membacakan do’a untuk kepergian orang tua Alivia. Awan terlihat mendung, mungkin sebentar lagi hujan. Alivia menunggu semua orang pergi untuk mendekat ke makam orang tuanya. Selang beberapa menit hujan perlahan turun semua orang sudah selesai dengan acara berkabungnya. Alivia mendekat dan langsung bersimpuh disamping makam kedua orang tuanya. Gadis berbaju putih polos itu basah kuyup terkena hujan. Alivia tetap memandang sendu kearah makam orang tuanya. Ketika hujan terasa berhenti mengguyurnya, Alivia mendongak dan melihat ada seseorang yang memayunginya. Ia tidak menoleh kebelakang, ia tetap diam menunduk.

“tidak ada hal yang abadi di dunia ini, tidak baik berlarut-larut dalam kesedihan. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik dari Allah” ucapan itu terdengar lembut di telinga Alivia. Dia sangat mengenali suara ini. Dia orang yang sama, yang membimbingnya sampai menjadi seperti saat ini.

“semakin dewasa, aku semakin mengerti bahwa hal yang kita inginkan tidak akan kita peroleh jika Allah tidak berkehendak memberikannya, karena Allah tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan” ucap Alivia lembut. Ingatlah bahwa semua yang kita miliki sekarang, tidak akan bersama kita selamanya. Begitu juga dengan hati, hati yang kotor tidak akan selamanya kotor. Pasti akan ada saatnya Allah berkehendak untuk membersihkannya. Karena sesungguhnya Allah maha kuasa membolak-balikkan hati mahluknya.

_____

*Siswi Kelas XIIB MA Miftahul Ulum Al-Azizah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *