Artikel Karya Guru

Sang Pejuang Ilmu

Tatkala pasukan Tartar mengepung kota Baghdad dan menghancurkannya sehancur hancirnya pada tahum 656 H atau 1258M, mereka membunuh sekitar satu juta orang, termasuk khalifah dan keluarganya. Bentuk kekejian pasukan tartar antara lain menjarah, merampas, menghanguskan kota, dan membakar perpustakaan, serta membuang buku-buku kesungai dan menghancurkan peradaban.

Ibnu katsir dan para sejarawan kawakan menuturkan bahwa, “Dunia tidak mengalami petaka yang begitu dahsyat setelah topan Nuh as, melebihi penghancuran yang dilakukan oleh pasukan tar tar”. 

    Pada saat tragedi itu terjadi, al-Imam an-Nawawi masih remaja, usianya masih sekitar 25 tahun, beliau bernama lengkap Muhyiddin abi Zakariya Yahya bin Syaraf. Namun yang menarik adalah bahwa ternyata an-Nawai tidak ambil bagian secara langsung dalam peperangan tersebut. Para Ulama’ mengatakan bahwa cara an-Nawawi merespon penghancuran peradaban itu sungguh luar biasa. Beliau tidak mereaksi pasukan tartar dengan senjata, mungkin karena peluang keberhasilannya sangat minim. Alih-alih mendaftarkan diri sebagai tentara, an-Nawawi memilih jalur jihad yang lain, yaitu berjuang dibidang ilmu Agama.

     Disini kita melihat bahwa an-Nawawi memiliki pandangan jitu dan luar biasa cemerlang. Seakan akan beliau membikin suatu keputusan, bahwa jika saya ikut berperang, barangkali dampaknya tidak akan seberapa. Lagi pula aspek yang harus dibenahi pasca penghancuran peradaban ini adalah Ilmu dan agama ummat. Jika kota-kota dihancurkan, itu hanya butuh beberapa waktu untuk membangunnya kembali. Tapi jika Ilmu dan agama ummat yang hancur, maka akan membutuhkan sekian generasi untuk membangunnya kembali.

    Nah, dari biografi an-Nawawi kita melihat bagaimana jihad ilmu itu beliau jalani dengan berdarah-darah, benar-benar tidak ada waktu tanpa ilmu, ibadah, dan dakwah. Dalam sehari beliau mempelajari hingga dua belas mata pelajaran. Bahkan makan dan minum pun hanya sekali dalam sehari dan semalam ketika dalam sahur saja. Bahkan karena fokusnya pada ilmu dan dakwah sudah sangat bulat, sampai-sampai beliau tidak menikah.

     Akhirnya, dari jihad dan ijtihad yang sangat luar biasa itu, an-Nawawi mewariskan dalam tumpukan ensiklopedia kitab-kitab besar dan kecil yang luar biasa, yang dibaca dan dipelajari oleh ummat hingga ratusan tahun sepeninggal beliau, Yang dengan itu ummat tetap memiliki pegangan keilmuan dan keimanan yang mapan, untuk melangsungkan kehidupan dibawah sinaran ilmu-ilmu agama islam.

Oleh M. Hasan madani

Salah satu pengajar MA. MIFTAHUL ULUM AL AZIZAH. Yosorati Sumberbaru Jember

2 thoughts on “Sang Pejuang Ilmu

  1. Monggo para guru dan tenaga kependidikan MA Al-Azizah ikut berpartisipasi dalam mengisi berita dan karya di website.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *