Artikel Karya Guru

Dinamika Dakwah

 Oleh, M. Hasan madani

Dinamika Pesantren (Dinamika Keilmuan Dan Pendidikan)

    Salah satu bentuk lembaga pendidikan keagaman Islam di Indonesia adalah pondok pesantren. Fenomena yang terjadi cukup banyak kalangan yang mulai mencermati sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti karena pesantren memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Menurut Zamakhsyari Dhofier, secara bahasa kata pesantren diambil dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Karena itulah ketika orang menyebut kata pesantren yang terbayang pertama kali adalah tempat dimana para santri belajar dan menuntut ilmu-ilmu keagaman Islam.

    Kata santri sendiri merupakan turunan dari kata Sanseketa “Shahtri” yang berarti seorang ilmuwan Hindu yang pandai menulis, yang dalam bahasa modern memiliki arti yang sempit dan luas. Artinya yang sempit ialah seorang pelajar sekolah agama yang disebut pondok atau pesantren. Dalam artian yang luas dan lebih umum kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh. 

  Lembaga pesantren ini merupakan institusi pendidikan yang unik sehingga berbeda dengan lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Dikatakan unik karena sebagaimana dapat disimpulkan dari gambaran lahiriyahnya, yang memiliki ciri khas tersendiri hingga saat ini mampu mempertahankan eksistensinya yang cemerlang, mampu melewati berbagai tantangnan zaman dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya. Bahkan dalam Tradisi Pesantren Menggerakkan Tradisi.

Peran dan Kontribusi Pesantren dalam Pendidikan 

    Pesantren sebagai salah satu format lembaga pendidikan yang dipercaya sebagai formula jitu yang dapat menangani permasalahan-permasalahan umat dewasa ini, mengingat perkembangan dunia pendidikan dewasa ini tampak sangat memprihatinkan. Tidak hanya pendidikan Islam saja bisa tanpa mengurangi nilai nilai-nilai dan pandangan hidup yang sudah berjalan di pesantren. Oleh karena itu, sejak lebih dari dasawarsa terakhir, diskursus mengenai pesantren menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini tercermin dari berbagai fokus wacana, kajian dan peneilitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan peran pesantren yang bukan saja sebagai “subkultur” untuk menunjuk kepada lembaga yang bertipologi unik dan menyimpang dari pola kehidupan umum di negeri ini sebagaimana yang dikatakan Abdurrahman Wahid. Tetapi juga “instansi kultural” untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang mempunyai karakter yang unik, sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal.

Sistem Pendidikan Pesantren Secara umum, 

Metode pembelajaran yang digunakan pesantren sangat variatif. Namun terdapat beberapa hal yang sering dijadikan sebagai bahan terapan, di antaranya: 

1. Sorogan, yakni metode belajar individual dimana seorang santri berhadapan langsung dengansang kiai atau guru. Seorang santri membaca materi yang telah disampaikan oleh kiai pada pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya kiai membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh santri, dan santri tersebut mengikuti membaca dan menjelaskan berbagai kitab.

2. Bandongan/wetonan, yaitu metode pembelajaran secara kelompok di mana seorang kiai membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat yang ada pada kitab dan menjelaskannya secara singkat. Kebanyakan pesantren menyelenggarakan bandongan dengan bermacam-macam kelas yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai tingakatan tinggi dan diselenggarakan setiap hari sejak pagi hari sampai malam hari.

3. Musyawarah, metode pembelajaran berupa diskusi berbagai masalah yang sudah ditentukan. Metode ini merupakan latihan keterampilan santri dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik.

4. Hafalan, yaitu metode untuk menghafal berbagai kitab yang diwajibkan kepada santri. 

5. Halaqah, yaitu metode pembelajaran yang disampaikan dengan cara ceramah, biasanya disampaikan dalam kegiatan tabligh atau kuliah umum.

6. Lalaran, yakni metode pengulangan materi yang dilakukan oleh seorang santri secara mandiri. Materi yang diulang merupakan materi yang telah dibahas di dalam sorogan maupun bandongan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah penguasaan santri terhadap materi. 

7. Demonstrasi, yaitu metode pembelajaran dengan mempraktikkan dan memperagakan kemampuan pelaksanaan materi di bawah petunjuk atau bimbingan seorang ustadz. 

8. Riyadhah, yaitu metode pembelajaran yang menekankan aspek olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan berbagai cara berdasarkan petunjuk dan bimbingan kiai.Metode-metode tersebut di laksanakan dengan berbagai teknik pemebelajaran.

2 thoughts on “Dinamika Dakwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *