foto dari https://www.google.com/url?
Artikel Karya Guru Literasi

Bukan latah, tapi Lillah

Tentunya setiap manusia memiliki  langkah yang dijadikan media untuk menempuh menuju tujuan, entah itu bertujuan mencapai perihal yang wajib, sunah, ataupun mubah. Dengan demikian, disaat hati sudah termotivasi untuk memanjat menuju step yang lebih tinggi maka di situlah proses atau media pula harus kita cari. Yang pada intinya seperti apa pun tujuan hidup kita maka harus memiliki sebuah prinsip tidak merugikan orang lain, bahkan memanfaatkan bagi kalangan manusia, jika memang mampu.

Dewasa ini, disaat kita melangkah dan berkeinginan menaklukkan target, ternyata di sana sudah terdapat banyak kalangan yang juga melakukan hal yang serupa dengan kita. Lantas kita seolah diklaim sebagai orang yang latah dan copy paste target. Itu pun masih terasa aman-aman saja, yang lebih menggelitik ialah ketika target kita agak serupa dengan target orang lain namun target yang dimiliki orang lain tersebut lebih baik dari target kita.

Sebenarnya tidak ada kata tercela mengenai masalah kesamaan tujuan, karena jika memang terdapat masalah, maka salahkan pemain sepak bola, dengan  sebelas pemain namun yang dituju hanya satu gawang, goalnya pun berbeda beda formatnya. Lebih jelasnya sedemikian; sebelas pemain yang berada di lapangan memiliki target yang sama, yaitu menembus gawang musuh. Nah, kesamaan tujuan tersebut apakah dianggap sebagai sesuatu yang tercela?, tentu tidak, bahkan sangat tercela jika tim kesebelasan memiliki tujuan yang tidak sama dan target yang berbeda.

Contoh sederhana, disaat kita melangkah untuk menyusun buku yang berisi ulasan tentang filsafat, terkadang hati sangat tertekan dan tidak tertarik lagi untuk menulisnya karena buat apa menulis sesuatu yang sudah ditulis oleh orang lain. Disinilah peran akal sehat harus kita fungsikan, bahwa meskipun tindakan dan tulisan kita berada dalam satu ranah dengan orang lain, setidaknya sedikit membantu untuk menggapai harapan orang tersebut dalam membumikan filsafat. maka jangan hentikan dan tetap laksanakan. Ibarat pemain sepak bola, antara satu pemain dengan yang lain saling membantu untuk menembus gawang lawan.

Seorang ulama’ madzhab yang menjadi guru imam Muhammad bin Idris yaitu Imam Malik bin Anas pernah ditanya disaat beliau menyusun kitab hadis Muwatto’. “Imam malik, mengapa anda menyusun hadis yang hanya seperti ini, padahal diluar sana banyak penulis yang sudah menyusun hadis bahkan lebih baik dari karyamu ini “. Kamudian imam malik menjawab “yang karena Allah pasti kekal”. Seolah imam malik berkata “lantas saya akan hentikan penyusunan saya itu hanya karena sudah dilaksanakan orang lain?, ingat, semua yang saya lakukan ini adalah murni karena Allah sehingga tidak akan pernah saya tinggalkan hanya karena manusia”.

Yang perlu di garis bawahi adalah karena Allah. ingat, memberikan manfaat bagi orang lain merupakan salah satu karakter pekerjaan yang diniatkan karena allah, disebabkan ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa sebaik baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

Lanjut part 2

*oleh: M. BAKIRUDDIN, S.H. civitas MA Miftahul Ulum Al-Azizah

One thought on “Bukan latah, tapi Lillah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *